BAB X
MANAJEMEN STRESS
A.
Pengertian Stress
Setiap manusia
dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan hidup, yang diakibatkan
adanya tantangan, kesulitan ancaman ataupun ketakutan terhadap bahaya kehidupan
yang sulit terpecahkan. Sehingga sering kali didapati mengalami ketegangan,
akan merasakan keluhan yang kadang membutuhkan perawatan medis.
Pada dasarnya besar kecilnya masalah
yang menegangkan tersebut sebenarnya relatif. Tergantung tinggi rendahnya
kedewasaan kepribadian serta bagaimana sudut pandang seseorang dalam
menghadapinya. Namun mayoritas dari mereka yang mengalami ketegangan mengambil
jalan pintas dengan menghisap rokok secara berlebihan, obat penenang, minuman
keras dan lain sebagainya.
Sebagian besar kita sadar bahwa
stress karyawan semakin menjadi masalah dalam organisasi.
Stress merupakan suatu respon
adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan
seseorang. Kita sering mendengar bahwa stress merupakan akibat negatif dari
kehidupan modern.
Ada beberapa alasan mengapa masalah
stress yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat kepermukaan pada saat
ini. Di antaranya adalah :
1.
Masalah stress adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat
dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktivitas
kerja karyawan.
2.
Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari
luar organisasi, stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari dalam organisasi. Oleh
karena itu perlu disadari dan dipahami keberadaannya.
3.
Pemahaman
akan sumber-sumber stress yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara
mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat
dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.
4.
Banyak
diantara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa
organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stress
meskipun dalam taraf yang paling rendah.
5.
Dalam
zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di
satu pihak peralatan semakin modern dan efisien. Dan di lain pihak
beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu
saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sudah-sudah.
Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stress dalam taraf cukup
tinggi semakin terasa.
Bertolak dari kenyataan di atas,
dalam kesempatan ini saya akan mengemukakan seluk-beluk stress. Khususnya
stress pada karyawan, yang meliputi pengertian-pengertian berbagai konsep,
pengaruh-pengaruh stress terhadap organisasi, sumber-sumber stress yang berasal
dari faktor-faktor organisasional dan kepemimpinan, dan strategi untuk
mengatasi dan mengurangi stress.
Stress kerja
adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini tampak dari simpton antara lain
emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,
merokok yang berlebihan, tidak bias rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah
meningkat dan mengalami gangguan pencernaan.
Stress atau stress psikologis telah
menjadi topik yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, baik oleh praktisi,
konsultan, maupun ilmuwan. Bagi para ilmuwan, stress telah menjadi kawasan riset
yang cukup menarik perhatian dan kaya akan informasi-informasi ilmuwan.
Berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, psikologi, sosial, manajemen, dan
ilmu perilaku organisasi masing-masing telah memberikan sumbangannya yang
berarti bagi studi tentang stress ini.
Apakah yang dimaksud dengan stress
adalah konteks pembicaraan ini? Stress kini telah diadopsi menjadi kosakata
bahasa Indonesia, dianggap sebagai variasi bahasa, dan karenanya disini tidak
perlu dicarikan padanan kata atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Yang
dibahas dalam buku ini adalah berkenan dengan lingkungan organisasi, maka
stress yang dimaksudkan disini adalah stress yang dialami para karyawan atau
pegawai yang berkaitan dengan pekerjaannya dalam organisasi dimana ia berada.
Dalam setiap pembahasan ilmiah
tentang stress tidak dapat dilimpahkan jasa Dr. Hans Selye, seorang peneliti
dari Universitas Montreal, ia telah meletakkan dasar bagi sebagian besar
pemikiran dan riset di bidang stress. Dialah orang yang pertama kali
mengemukakan konseptualisasi general adaptation syndrome, atau GAS, dan karenanya
dia sering kali dianggap sebagai The Factor of Stress. Dia berpendapat
bahwa orang-orang hampir memiliki respon fisik yang konsisten terhadap situasi
yang penuh stress. Respon tersebut diberi nama sindroma adaptasi umum ( general
adaptation syndrome ), yakni sistem pertahanan otomatis yang menolong orang
mengatasi tuntutan-tuntutan lingkungan. Sindrome ini memilki 3 (tiga)
tingkatan, yaitu :
1.
Alarm.
Persepsi yang menantang atau mengancam meyebabkan otak
mengirimkan pesan biokimia ke berbagai bagian tubuh. Akibatnya terjadi
peningkatan kecepatan pernafasan , tekanan darah, detak jantung, ketegangan
otot dan respon fisik lainnya. Tingkatan energi dan efektivitas penanggulangan
dengan segera merespons awal shock. Dalam hal ini syok yang ekstrim
mungkin mengakibatkan tidak adanya kekuatan atau bahkan kematian sebab tubuh
tidak sanggup menghasilkan cukup energi dengan cukup cepat. Pada sebagian besar
situasi, reaksi alarm seseorang terus berjaga-jaga terhadap kondisi lingkungan
dan mempersiapkan tubuh ke arah resisten.
2.
Resistensi
Kemampuan mengatasi perkembangan tuntutan lingkungan yang
dimiliki seseorang berada pada tingkat di atas normal selama tingkat resistensi
, karena tubuh digerakkan oleh berbagai mekanisme biokimia, psikis dan
perilaku. Sebagai contoh, kita memiliki tingkat andrenalin di atas normal
selama tingkat resistensi ini. Kita mencurahkan energi lebih untuk menanggulagi
atau menghilangkan sumber stress. Bagaimanapun resistensi yang kita miliki
sebenarnya hanya untuk satu atau dua tuntutan lingkungan. Akibatnya, kita jadi
mudah diserang oleh sumber-sumber stress yang lain. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa orang lebih gampang tertular masuk angin, pilek, atau penyakit lainnya
ketika mereka sedang bekerja di bawah tekanan
3.
Keletihan
Orang memiliki kapasitas resistensi yang terbatas
sehingga jika sumber stress berlangsung lama maka pada akhirnya mereka akan
pindah ke tingkat keletihan. Pada
sebagian besar situasi, tingkatan ini merupakan bagian terakhir dari proses
panjang sindroma adaptasi umum. Situasi tegang para pegawai akan berubah
sebelum akibat destruktif dari stress menjadi nyata atau mereka menarik diri
dari situasi penuh stress, membangun kembali kemampuan bertahan mereka dan
kembali setelah lingkungan penuh stress berlalu dengan memperbaruhi energi.
Orang yang sering mengalami sindroma adaptasi umum dalam waktu lama memilki
resiko tinggi untuk mengalami kerusakan fisik dan psikis. Untuk dapat mengelola
stress yang berhubungan dengan pekerjaan secara efektif, kita harus mengerti
sebab-sebab dan akibat-akibat stress dengan memahami perbedaan-perbedaan
individual dalam mengalami stress.
Stress mengandung arti yang jamak,
dapat mempunyai arti lain pada orang yang berbeda, dan menunjuk kepada sesuatu
yang akan memerlukan banyak kata untuk mengatakan. Dalam pernyataan sederhana
stress mengakibatkn interaksi antara organisasi dengan lingkungannya. Dalam
kasus kita, maka organismenya adalah manusia dan lingkungan adalah baik berupa
cirri-ciri fisik lingkungan ( misalnya, panas, kegaduhan, polusi ) ataupun
organisme-organisme lain dalam lingkungan itu.
Meskipun sejumlah peneliti
menawarkan banyak definisi yang masing-masing mengandung unsur-unsur yang khas,
pada dasarnya ada dua tipe konsepsi utama yang mereka pakai, yaitu fisiologis
dan psikologis. Berdasarkan perspektif ini Mikhail dalam Nimran (2004)
mengajukan suatu definisi stress sebagai suatu keadaan yang timbul dari
kapasitas tuntutan yang tidak seimbang, baik nyata maupun dirasakan, dalam
tindakan-tindakan penyesuaian organ dan yang sebagian diwujudkan oleh respon
yang nonspesifik. Jadi, definisi ini hendak mengintegrasikan sekaligus
unsur-unsur psikologis dan fisiologis dari stress.
Pengertian lain mengenai stress
adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala ( constraints
), atau tuntutan ( demand ) yang terkait dengan apa yang sangat
diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi
penting ( Robin, 2006 )
B.
Tanda-Tanda Stress
Apakah makna dari
adanya stress dalam kehidupan sehari-hari kita? Pada dasarnya, mobilisasi dari
mekanisme pertahanan tubuh bukanlah satu-satunya efek dari stress.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh stress bisa bermacam-macam. Beberapa di
antaranya boleh jadi sangat penting dan bersifat langsung, sedangkan lainnya
mungkin kebanyakan, boleh jadi tidak langsung dan merupakan representasi
keluaran-keluaran sekunder dan tertier. Beberapa di antaranya, tak diragukan
lagi akibat stress sementara lainnya semata-mata bersifat dugaan adanya kaitan
dengan stress. Beberapa mungkin bersifat positif, misalnya meningkatkan daya
dorong atau semangat dan menambah motivasi diri, sementara yang lain bersifat
fungsional, merusak, dan secara potensial berbahaya.
Menurut Sopiah (2008) menjelaskan
tentang stresor adalah penyebab stress, yakni apa saja kondisi lingkungan
tempat tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak stresor
dalam organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan Stresor
dengan pekerjaan terbagi menjadi 4 (empat) tipe utama, yaitu :
- yang bersifat fisik
Juga kelihatan pada setting kantor, termasuk rancangan ruang kantor yang
buruk, ketiadaan privasi, lampu penerangan yang kurang efektif dan kualitas
udara yang buruk.
- Stress karena peran atau tugas,
Stresor karena peran/tugas termasuk kondisi di mana para pegawai mengalami
kesulitan dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dimainkan
dirasakan terlalu berat atau memainkan berbagai peran pada tempat mereka
bekerja.
- Penyebab stress antarpribadi,
Stresor ini akan semakin bertambah ketika karyawan dibagi dalam
divisi-divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk memenangkan
target sebagai divisi terbaik dengan reward yang menggiurkan. Perbedaan
karakter, kepribadian, latar belakang, persepsi, dan lain-lainnya memungkinkan
munculnya stress.
- Organisasi,
Banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari organisasi.
Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stress yang tidak
hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yag masih
tinggal. Secara khusus mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan beban
kerja, peningkatan rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam bekerja serta
kehilangan rekan kerja. Restrukturisasi, privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk
lainnya merupakan kebijakan perusahaan yag berpotensi memunculkan stress. Para
pekerja harus menghadapi peningkatan ketidakamanan dalam bekerja, bimbang
dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-bentuk baru dari
konflik antar pribadi.
C.
Akibat-Akibat Stress
Dampak atau
akibat dari stress bisa dilihat pada tiga aspek, yaitu :
- Fisik
Akibat stress pada fisik mudah dikenali. Ada sejumlah penyakit yang
disinyalir karena orang tersebut mengalami stress yang cukup tinggi dan
berkepanjangan, diantaranya adalah penyakit jantung, bisul, tekanan darah
tinggi, sakit kepala, gangguan tidur, tambah sakit jika sedang menderita sakit.
- Psikis
Dampak stress pada aspek psikis bisa dikenali, diantaranya adalah
ketidakpuasan kerja, depresi, keletihan, kemurungan dan kurang bersemangat.
- Perilaku
Akibat stress bisa dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya
tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil keputusan, tingkat absensi
kerja tinggi, dan agresi di tempat kerja.
D.
Mengelola Stress
Ketika membahas
tentang pengeolaan stress maka perlu kiranya menggunakan pendekatan individu
dan organisasi.
1. Pendekatan Individu. Karyawan dapat memikul tanggung
jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stressnya. Strategi individu yang telah
terbukti efktif mencakup pelaksanaan teknik-teknik manajemen waktu,
meningkatkan latihan fisik, pelatihan pengenduran, dan perluasan jaringan
dukungan sosial.
2. Pendekatan
organisasi. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan sterss terutama tuntutan
tugas dan peran, dan struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Dengan
demikian faktor-faktor ini dapat dimodifikasi dan diubah. Strategi yang mungkin
ingin dipertimbangkan oleh manajemen antara lain perbaikan seleksi personil,
dan penempatan kerja, penggunaan penetapan sasaran yang realitis, perancangan
ulang pekerjaan, peningktan keterlibatan karyawan, perbaikan komunikasi
organisasi, dan penegakan program kesejahteraan korporasi.
E.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari bab ini adalah stress merupakan suatu respon
penyesuaian diri pada satu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam
kesehatan seseorang. Distress menunjukkan tingginya tingkat stress yang
memiliki akibat negatif, sedangkan eustress menunjukkan tingkat stress yang
cukup rendah yang dibutuhkan untuk menggerakkan orang-orang dalam hidupnya.
Pengalaman stress atau sindroma adaptasi umum meliputi perpindahan yang melalui
tiga tingkat : alam, resistensi, dan keletihan.
Stresor merupakan penyebab stress, termasuk apa saja kondisi lingkungan
fisik dan emosional seseorang. Stresor ditemukan dalam lingkungan fisik
pekerjaan, berbagai peran atau tugas pegawai, hubungan antar pribadi dan
kondisi serta aktivitas organisasional. Konflik antara kewajiban pekerjaan
dengan kewajiban keluarga seringkali menunjukkan sumber stress pegawai. Dua
orang yang terbuka terhadap stresor yang sama mungkin mengalami tingkat stress
yang berbeda karena mereka merasa berbeda situasi dan kondisi, memilki ambang
batas kemampuan mengatasi stress yang berbeda atau menggunakan strategi berbeda
dalam mengatasi stress.
Stress tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat menyebabkan gejala-gejala
fisik seperti tekanan darah tinggi, bisul, disfungsi seksual, sakit kepala, dan
penyakit jantung koroner. Perilaku yang menunjukkan gejala stress antara lain
kinerja rendah, keputusan-keputusan yang jelek/salah, naiknya kecelakaan di
tempat kerja, tingginya absensi, atau naiknya agresi di tempat kerja. Rendahnya
semangat kerja berkenaan dengan proses keletihan emosional, depersonalisasi,
dan mengurangi prestasi pribadi sebagai akibat stress yang berkepanjangan. Hal
ini merupakan sebagian besar penyebab stress interpersonal dan penyebab stress
berkaitan dengan peran dalam pekerjaan dan penyebab stress berasal dari luar
pekerjaan.
Dengan banyak intervensi maka stress yang berhubungan dengan pekerjaan
dapat dikelola. Beberapa intervensi dengan tepat menghilangkan stresor yang tak
perlu atau melepaskan pegawai dari lingkungan yang penuh stress. Bantuan lain
dapat diberikan dengan mengubah interpretasi mereka terhadap lingkungan,
program fitness, dan gaya hidup (dapat mendorong membangun pertahanan fisik
yang lebih baik melawan stress), atau dukungan sosial dengan memberikan sumber
material, informasi dan emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar